Perempuan itu menatapku diseberang sana, senyumnya renyah, matanya sedikit sipit dengan bibir yang menggoda hasrat lelaki ketika memandangnya.
Rambutnya hitam dibiarkan tanpa ikatan, sapanya mengundang ingin.
Dulu matanya sembab, waktu belum kusapa, diseberang lautan dia terbawa rayu sunset, katanya dia menanti sebuah jabat tangan lelaki dalam mimpi.
” Ah, entahlah, siapa sang lelaki dalam mimpi.
Sedikit aku terpana dengan bentuk kedua payudaranya yang besar, hmm, aku rasa dia seorang yang perkasa bagai kuda binal diatas ranjang problema.
Lelakinya berharta,berseragam elok perkasa, kaum punggawa yang bijaksana dalam setiap tutur kata. Tapi dia tak suka, karena lelakinya suka menghambur sperma dimana-mana.
” Ah, perempuanku bukan wanitaku.
Mengingatkanku tentang Kendedes yang tersakiti Adipati Tunggul Ametung. Tapi dia bukan Kendedes, namun perempuan diseberang sana yang menunggu lelaki dalam mimpinya.
” Ah, dia memanggilku.
Tanganya melambai-lambai mirip seorang penari, kedua matanyapun dipanahkan kearahku, wajahnya berseri-seri mengandung harap, rambutnya kesana-kemari tertiup angin, tapi matanya tetap dia tancapkan kearahku.
” Wuah, rasaku terpaku, gelisahkupun beku.
” Yeah, semoga ini bukan simalakama, tapi sebuah do’a, dari titipan bayu dan mendung diseberang lautan.
Perempuanku, kau bukan wanitaku.
------------------------
juga dimuat diblog saya : boil frengkys wordpress
Tidak ada komentar:
Posting Komentar