Selasa, 02 Agustus 2011

Bukan Kontemplasi

sepi kiranya waktuku, yeach, entah kenapa punggungku terlalu nyeri disaat kuhabiskan waktuku bersama pantat kecilku di depan layar 18 inci, perutku terus-terusan melirih tuk segera diakhiri percintaan belahan pantatku bersama kursi plastik tanpa sandaran.

aku tidak begitu mengerti tentang kesepianku, hanya sebuah cara saja yang aku tahu tuk melemparkan semua gundah itu, walau rintihan dalam perutku terus berdendang.

bukan karena cacing yang teriak-teriak tuk dikasih makan, atau angin nakal yang suka bermain-main di usus besar.

aku hanya kesepian di depan layar 18 inci bercahaya, jemariku asik menari-nari seiring kerlip mata dan bibir yang kadang tersenyum sendiri mengikuti buaian spasi.

achh...

aku hanya lelaki yang sedang menhan nyeri atas semakin menipisnya usus kecilku, hmmm, mungkin pangkreas dan lambung juga mulai berontak atas seringnya kemesraanku bersama pantat dan layar 18 inci plus kursi plastik.

tapi aku ingat kekasihku nun jauh disana
mungkin dia sedang tersenyum sendiri ketika mengingat sapa dari wajahku yang ternyata juga ganteng.

yeah...aku ganteng...

karena aku lelaki, aku pasti ganteng dan tidak cantik, karena aku lelaki yang suka kecantikan dan kemolekan tubuh wanita.

*****
lagi-lagi aku sedang gundah menanti kekasihku, sesekali kuseka keringat dari keningku yang isi kepalanya muter-muter gak karuan.

sekali-sekali kupegang perut sebelah kiriku, nyeri dan yeah kucoba menikmati yang sedang aku rasakan saat ini.

aku rindu bunga mawar, walau bayang-bayang kamboja senantiasa bergelayut bak kekasih paling setia setiap saat.

tidak tidak...ochh tidak jangan sekarang, aku masih rindu kekasihku di seberang pulau dibagian barat tempatku berpijak.

achh...

waktu terus melompat-lompat tiada hentinya, walau masa lalu sering terlihat diangkasa sana yang senantiasa berkelip-kerlip menghiasa malam-malam sepiku.

entahlah, sampai kapan kumenahan rintihnya si perut ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar