duhay maharaja
kemesraanku telah merenggang padamu
bahkan nyaris putus di tikam asa yang diujung tanduk
dan ragaku telah asik menyetubuhi aneka rasa di ranjang foya-foya detik yang terus berdetak
aku tahu perahuku sedikit berlubang
dan itu telah berkali-kali aku menambalnya dengan lumpur di tepi dermaga
saat aku melabuhkan hasratku yang sedikit lelah
dan sesekali kuseka keringat yang memenuhi rongga pori batinku
duhay maharajaku yang mulia
aku tak mau berlama-lama di dermaga
biarkan perahuku terus berlayar mengarungi samuderamu yang terbentang
agar kelak dapat kurajut kembali tali tulusku terhadap mesramu
dan kulabuhkan rinduku diujung senja dengan berjuta senyum darimu
duhay engkau yang sempurna
perahuku sempat goyah dihantam ombak
namun khidir berpesan kepadaku jadilah bijak dan jangan mengelak sang ombak
walau perahu sedikit terkoyak
laksana matahari yang terbit dari timur dan tenggelam kebarat
terus berjalan dalam putaran detik yang tak peduli suara-suara gaduh disekitar
biarlah gaduhnya sumbang yang mengandung duka ditelan langit
dan kengerian hanya milik semak belukar
duhay kekasih pujaan hati
sukamaku telah semakin merindu tentangmu
walau sajadahku telah berdebu
namun rinduku tetaplah padamu
demi sebuah kepulanganku yang hanya milikmu
sair sumbang dari borneo pada 06 ramadhan 1432 hijriah
salam
boil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar