Minggu, 21 Agustus 2011

Aroma si Layla




Layla
Sungguh wangi aromamu, sehingga aku teramat lancang tuk mendapatkanmu atau sekedar menikmati aromamu itu.

Layla
Seringku mencoba tuk meminang rembulan, diatas ruang sempit dan pengap beratap logam tanpa plafon, lalu kucoba renungi sepi dalam benaku, aku coba tuk meresapi nyanyian jiwaku, achh, tak pantaslah kumerindumu, sebab pakaianku teramat dekil dan berbau Layla…

Layla
pernah suatu ketika kulempar tanya kepada gelas kopiku yang tak cantik, apakah bagus kusuguhkan padamu kelak, disaat kau datang tiba-tiba dikala aku sedang muak dengan gemerlap kebusukanku.

Teramat naif Layla…

Yeach, teramat naif itu.

Sedangkan aku selalu acuh dalam telanjangku kepada langit.
Sujudku teramat bodoh Layla, yeach teramat bodoh sekali dalam pengasingan diri. Sedangkan sekitarku banyak bunga yang layu, kucing yang sakit-sakitan lantaran tak ada sisa makanan tuk bertahan hidup.

Aku malu Layla…

Aku yakin Langit tak setuju caraku bermunajat, sedangkan Langit selalu meneteskan hujan sewaktu-waktu. Dan zikirku…achh, tak seirama dengan tingkah lakuku, aku palsu…

Layla
Sungguh kurindu wangimu dalan takaran galauku, dan aku teramat bodoh memahamimu.
Tak pantas aku merindumu, sebab kadar imanku belum seberapa pantas tuk sekedar mengkhayalkanmu. Namun aku sangat merindumu, walau sekedar mencium wangimu yang melintas dipenciuman batinku…

Teruntukmu Layla yang berkilau cahaya.

Pinggir jalan 220811
boil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar