Minggu, 28 Agustus 2011

Puisi Gak Jelas

Sajaku lahir diantara selangkangan
bersama knalpot jalang yang meraung-raung tiada karuan

Teriak tapi bisu
sebab tubuh hanya membatu

¤¤¤¤¤

Aghh,
lelaki malam menjadi puisi, duduk bersandar di dinding-dinding kusam, menari-narikan imaginasi gundah gulana, tentang wanitanya yang telah menjadi mimpi, lalu menyapa rindu yang mulai cemas.

Yeachh,
lelaki puisi dipeluk malam, melontarkan kata yang berima, menawarkan perjamuan rindu kepada desah-desah nafas disetubuhi knalpot, ada niat tuk segera lelap, namun kekasihnya masih merayu dikelopak mata.

¤¤¤¤¤

Sajaku gelap ditelan malam
saat mimpi-mimpi ramadhan ditikam angkuh, lalu pergi dengan akunya, menuju surga fatamorgana, lantaran dusta terhampar berlebihan diatas meja makan bersama jerit papa yang kelaparan.

¤¤¤¤¤
gak jelas ni puisi, yaudahlah ngamen lagi…

Gombalisasi Wajah

Sayang,
wajah-wajah kita menghadap kearah tenggelamnya sang surya, penuh harap setelah cemas membuat gelisah hati kita. Manakala suguhan kopi kita masih terasa pahit, namun kita coba tuk tersenyum puas.

Aku tahu bahwa sore itu akan menuju malam, lalu kita pertaruhkan wajah-wajah kita kepada rembulan dan gemintang diatas langit.

Sayang,
lelaki malam duduk di ruang kosong, matanya menerawang keatas langit, lalu dia menangis sesenggukan, ketika didapatinya seraut wajah hitam menyerupai dirinya. Aku hanya bisa mengintipnya dari bilik risauku, dan kucoba tuk bertanya kepada atap dan jendela. Apakah matahari esok masih datang bersama kemunafikanku, padahal aku telah merasa mencuci tubuhku di kolam ramadhan.

Aghh,
aku sungguh tidak mengerti sayang, rasa lapar dan hausku telah memabukanku di kolam itu, aku lupa diri, rasaku semakin gemerlap mengalahkan gemintang.

Sayang,
satu syawal telah membuatku merasa takut, yeach, aku teramat takut dengan wajahku, seperti halnya seorang lelaki dalam ruang kosong itu. Ketika telah kusadari, bahwa gombalisasi telah kujadikan topeng tuk menyeduh kopi pahitku.

Aghh, entahlah…

Aku rasa langit dan dirimu lebih tau dariku.

Tak perlu kuharus bercerita kepada jiwa-jiwa disekitarku, tentang rasa kopi yang kunikmati di hari yang fitri, biarlah mereka mencium aromanya saja, sambil menatapku dengan senyum yang membalut luka.

¤¤¤¤¤
pinggir jalan 280811
bvb

Kamis, 25 Agustus 2011

Lebaran Uiii...

Suatu hari menjelang lebaran

Di sebuah keluarga berada.

” Mam, bentar lagi idul fitri nih, kapan kita shoping, kan tamu papi pasti banyak mam, masa gak ada persiapan.
” Aghh, sabar dikit kenapa non, THR papi belom keluar nih, ntar kalo keluar kita ke mall.

Di keluarga sederhana.

” Gak kerasa ya nyak puase mau habis, lebaran dong.
” Alah gaye lo tong, puasa lo juga belum tentu ikhlas dah pengen lebaran.
” Yeach nyak, kenape bilang gitu, emang nyak kagak mau mudik.
” Boro-boro tong mudik, buat sahur ntar malem aje nyak bingung, mau lo sahur ama nasi doang…
” Hehehe, iye ye nyak, ntar deh kita ke mesjid, pak haji nyediain sahur bersama ntar malem nyak…
” Kadang cerdas juga lo tong…

Di pinggir trotoar.

” Jiah, tumben nih terminal rame, ada apa ya?

Lelaki gondrong penuh tanya dengan tatapan terbengong-bengong. Tak berapa lama disapalah seorang pemuda yang melintas di hadapanya.

” Hay buooyy, mau kemane lo bawa tas gede bener…
” Jiah si om, pan lima hari lagi lebaran, mudiklah…
” Haaa…[ mlongo ].
” Kaga mudik om ?
” Mudik kemana, kampung gua udah ilang direndem lumpur buooyy…

Sang pemudapun diam seketika, tak terasa air matanya menetes disela-sela senyum ramahnya.

” Gua pamit dulu om, maafin canda gua tadi ya om.
” Hahaha, emang lo salah ape, hehe yaudah ati-ati ye.

*****
pinggir jalan 240811
boil

Minggu, 21 Agustus 2011

Aroma si Layla




Layla
Sungguh wangi aromamu, sehingga aku teramat lancang tuk mendapatkanmu atau sekedar menikmati aromamu itu.

Layla
Seringku mencoba tuk meminang rembulan, diatas ruang sempit dan pengap beratap logam tanpa plafon, lalu kucoba renungi sepi dalam benaku, aku coba tuk meresapi nyanyian jiwaku, achh, tak pantaslah kumerindumu, sebab pakaianku teramat dekil dan berbau Layla…

Layla
pernah suatu ketika kulempar tanya kepada gelas kopiku yang tak cantik, apakah bagus kusuguhkan padamu kelak, disaat kau datang tiba-tiba dikala aku sedang muak dengan gemerlap kebusukanku.

Teramat naif Layla…

Yeach, teramat naif itu.

Sedangkan aku selalu acuh dalam telanjangku kepada langit.
Sujudku teramat bodoh Layla, yeach teramat bodoh sekali dalam pengasingan diri. Sedangkan sekitarku banyak bunga yang layu, kucing yang sakit-sakitan lantaran tak ada sisa makanan tuk bertahan hidup.

Aku malu Layla…

Aku yakin Langit tak setuju caraku bermunajat, sedangkan Langit selalu meneteskan hujan sewaktu-waktu. Dan zikirku…achh, tak seirama dengan tingkah lakuku, aku palsu…

Layla
Sungguh kurindu wangimu dalan takaran galauku, dan aku teramat bodoh memahamimu.
Tak pantas aku merindumu, sebab kadar imanku belum seberapa pantas tuk sekedar mengkhayalkanmu. Namun aku sangat merindumu, walau sekedar mencium wangimu yang melintas dipenciuman batinku…

Teruntukmu Layla yang berkilau cahaya.

Pinggir jalan 220811
boil

Selasa, 16 Agustus 2011

nitip pesen

nitip pesen buat yang kebetulan mampir disini.

pesenya yaitu...kalau yang dulunya belum terkenal, trus sekarang terkenal, janganlah jadi sombong, oke...hehehe...

Senin, 08 Agustus 2011

Duh Gusti

duh gusti
hidupku teramat naif tuk berkesah
ketika rasa sesak dalam dadaku begitu terasa
lara dan luka bercampur dengan kecewa

duh gusti
telah begitu banyaknya kata-kata indah kulemparkan
berharap sang biduan dapat menyanyikanya
namun itu semua hanya kiasan kosong
dibanding kalimat-kalimatmu yang teramat megah dijagat raya

duh gusti
hamba tak pantas merindu aroma surgawi
sedangkan sumbang masih terlontar oleh mulut dan lidahku yang liar
tapi aku merindumu gusti
sebagaimana rindu layla terhadap majenun

oh gusti
ragaku teramat nakal menari-nari jalang
menceburkan diri dalam kubangan berlumpur
memainkan aneka rasa-rasa
namun sukmaku rindu pelukanmu
dan berharap rekat sepanjang waktu

¤¤¤¤¤
bjb 080811
by
bvb

Minggu, 07 Agustus 2011

Melempar Cemas

Mengendap-endap mencubit harap,
lalu membuang cemas yang telah lama meremas-remas bikin lemas.

Ouchh matahari…
Larimu cepat sekali, terkadang intuisi pagi tak terasa lupa terpatri tuk sebuah mimpi yang belum terpunguti.

Duhai hati, hati-hatiku tentang dirimu terhadap lakuku.

Ingin sekali kupaku adrenalinku pada putaran detik, agar lelah tak menyetubuhi raga.

Ouch tidak-tidak…
Aku lupa bukan malaikat yang tak suka merasa-rasa, aku anak cucu adam yang terkadang suka mendendam.

Putaran waktu harus seirama dengan otak kananku.
Agar duka lara cemas dapat kutitipkan kepada langit.
Dan aku…hahaha akan terbahak-bahak sepanjang hari…

¤¤¤¤¤¤¤¤¤
bjb07082011
by
bvb

Jumat, 05 Agustus 2011

Perahu dan Dermaga

duhay maharaja
kemesraanku telah merenggang padamu
bahkan nyaris putus di tikam asa yang diujung tanduk
dan ragaku telah asik menyetubuhi aneka rasa di ranjang foya-foya detik yang terus berdetak

aku tahu perahuku sedikit berlubang
dan itu telah berkali-kali aku menambalnya dengan lumpur di tepi dermaga
saat aku melabuhkan hasratku yang sedikit lelah
dan sesekali kuseka keringat yang memenuhi rongga pori batinku

duhay maharajaku yang mulia
aku tak mau berlama-lama di dermaga
biarkan perahuku terus berlayar mengarungi samuderamu yang terbentang
agar kelak dapat kurajut kembali tali tulusku terhadap mesramu
dan kulabuhkan rinduku diujung senja dengan berjuta senyum darimu

duhay engkau yang sempurna
perahuku sempat goyah dihantam ombak
namun khidir berpesan kepadaku jadilah bijak dan jangan mengelak sang ombak
walau perahu sedikit terkoyak

laksana matahari yang terbit dari timur dan tenggelam kebarat
terus berjalan dalam putaran detik yang tak peduli suara-suara gaduh disekitar
biarlah gaduhnya sumbang yang mengandung duka ditelan langit
dan kengerian hanya milik semak belukar

duhay kekasih pujaan hati
sukamaku telah semakin merindu tentangmu
walau sajadahku telah berdebu
namun rinduku tetaplah padamu
demi sebuah kepulanganku yang hanya milikmu

===============================
sair sumbang dari borneo pada 06 ramadhan 1432 hijriah
salam
boil

Selasa, 02 Agustus 2011

Bukan Kontemplasi

sepi kiranya waktuku, yeach, entah kenapa punggungku terlalu nyeri disaat kuhabiskan waktuku bersama pantat kecilku di depan layar 18 inci, perutku terus-terusan melirih tuk segera diakhiri percintaan belahan pantatku bersama kursi plastik tanpa sandaran.

aku tidak begitu mengerti tentang kesepianku, hanya sebuah cara saja yang aku tahu tuk melemparkan semua gundah itu, walau rintihan dalam perutku terus berdendang.

bukan karena cacing yang teriak-teriak tuk dikasih makan, atau angin nakal yang suka bermain-main di usus besar.

aku hanya kesepian di depan layar 18 inci bercahaya, jemariku asik menari-nari seiring kerlip mata dan bibir yang kadang tersenyum sendiri mengikuti buaian spasi.

achh...

aku hanya lelaki yang sedang menhan nyeri atas semakin menipisnya usus kecilku, hmmm, mungkin pangkreas dan lambung juga mulai berontak atas seringnya kemesraanku bersama pantat dan layar 18 inci plus kursi plastik.

tapi aku ingat kekasihku nun jauh disana
mungkin dia sedang tersenyum sendiri ketika mengingat sapa dari wajahku yang ternyata juga ganteng.

yeah...aku ganteng...

karena aku lelaki, aku pasti ganteng dan tidak cantik, karena aku lelaki yang suka kecantikan dan kemolekan tubuh wanita.

*****
lagi-lagi aku sedang gundah menanti kekasihku, sesekali kuseka keringat dari keningku yang isi kepalanya muter-muter gak karuan.

sekali-sekali kupegang perut sebelah kiriku, nyeri dan yeah kucoba menikmati yang sedang aku rasakan saat ini.

aku rindu bunga mawar, walau bayang-bayang kamboja senantiasa bergelayut bak kekasih paling setia setiap saat.

tidak tidak...ochh tidak jangan sekarang, aku masih rindu kekasihku di seberang pulau dibagian barat tempatku berpijak.

achh...

waktu terus melompat-lompat tiada hentinya, walau masa lalu sering terlihat diangkasa sana yang senantiasa berkelip-kerlip menghiasa malam-malam sepiku.

entahlah, sampai kapan kumenahan rintihnya si perut ini.